Selasa, 07 April 2015

ILMUAN-ILMUAN PENEMU TERMOMETER

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk mengukur.
Tahukah siapa saja penemu termometer?
1. Galileo Galilei
Galileo adalah orang pertama yang menemukan alat yang dapat memberi informasi tentang suhu, namun alat yang ditemukan oleh Galileo ini lebih cocok disebut termoskop karena merupakan termometer tanpa menggunakan skala suhu. Termoskop hanya mampu mengetahui perbedaan suhu. Yaaa,, walaupun demikian, penemuan Galileo tersebut merupakan langkah awal menuju termometer.

2. Santorio Santorio
Santorio merupakan orang Italia yang berhasil menemukan termometer pada tahun 1612. Beliau mengusulkan adanya skala pada termoskop. Alat yang digunakannya berupa termometer udara. Namun alat tersebut kurang akurat akibat adanya variasi tekanan udara. 

3. Ferdinand II
Pada tahun 1654 termometer kaca yang berisi cairan untuk pertama kalinya diproduksi oleh the Grand Duke of Tuscany. Cairan pengisinya adalah alkohol dan belum mempunyai skala standar sehingga ketelitiannya pun masih kurang.

4. Gabriel Fahrenheit
Gabriel adalah orang pertama yang memakai raksa sebagai cairan pengisi termometer. Kombinasi pengolahan bahan kacanya serta kemampuan raksa dalam merasakan panas yang lebih baik daripada alkohol, membuat termometer tersebut lebih akurat. Gabriel juga membuat titik tetap terbaru untuk termometernya. Dia membagi titik didih air dan titik beku es dalam 180 derajat. Kemudian sebagai titik bawahnya dia memilih 32 agar suhu yang dapat diukur olehnya tidak sampai bernilai negartif.

5. Rene Antonie Ferchauld de Reamur
Antonie merupakan warga berkebangsaan Perancis yang mengusulkan skala termometer dengan tetap berdasarkan titik beku air dan titik didih air. Beliau memberi nama pada skala termometer temuannya dengan nama belakangnya yakni skala Reamur.

6. Anders Celcius
Anders membagi skala termometernya dari titik beku air hingga titik didih air dalam 100 derajat. Anders memilih 100 derajat sebagai titik didih air dan 0 derajat sebagai titik beku air.

7. Sir William Thomson, Baron Kelvin of Largs, dan Lord Kelvin
Mereka bertiga merupakan penemu satuan Kelvin yang dijadikan sebagai satuan standar pengukuran suhu. Mereka mengusulkan skala temperatur absolut dengan 0 derajat yang diambil dari temperatur terendah teoretis yang dapat dicapai oleh setiap materi.

Penemu Pertama Termometer

Diposkan oleh Lara Sania di 21.06 0 komentar
Galileo Galilei (lahir di Pisa, Toscana, 15 Februari 1564 – meninggal di Arcetri, Toscana, 8 Januari 1642 pada umur 77 tahun) adalah seorang astronom, filsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar dalam revolusi ilmiah.

Sumbangannya dalam keilmuan antara lain adalah penyempurnaan teleskop, berbagai pengamatan astronomi, dan hukum gerak pertama dan kedua (dinamika). Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai seorang pendukung
Copernicus mengenai peredaran bumi mengelilingi matahari.

Biografi
Hasil gambar untuk galileo

Galileo Galilei dilahirkan di Pisa, Tuscany pada tanggal 15 Februari 1564 sebagai anak pertama dari Vincenzo Galilei, seorang matematikawan dan musisi asal Florence, dan Giulia Ammannati. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar di Universitas Pisa namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia ditawari jabatan di sana pada tahun 1589 untuk mengajar matematika. Setelah itu, ia pindah ke Universitas Padua untuk mengajar geometri, mekanika, dan astronomi sampai tahun 1610. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami sains dan membuat berbagai penemuan.


Pada tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei untuk mengamati bintik matahari. Pada tahun itu juga, muncul penolakan terhadap teori
Nicolaus Copernicus, teori yang didukung oleh Galileo. Pada tahun 1614, dari Santa Maria Novella, Tommaso Caccini mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori itu sesat dan berbahaya. Galileo sendiri pergi ke Roma untuk mempertahankan dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.

Galileo menulis Saggiatore pada tahun 1622, yang kemudian diterbitkan pada 1623. Pada tahun 1624, ia mengembangkan salah satu mikroskop awal. Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma untuk membuat izin mencetak buku Dialogo sopra i due massimi sistemi del mondo yang kemudian diterbitkan di Florence pada 1632. Namun, pada tahun itu pula, Gereja Katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.


Di bulan Desember 1633, ia diperbolehkan pensiun ke vilanya di Arcetri. Buku terakhirnya, Discorsi e dimostrazioni matematiche, intorno à due nuove scienze diterbitkan di Leiden pada 1638. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal 8 Januari 1642, Galileo wafat di Arcetri saat ditemani oleh Vincenzo Viviani, salah seorang muridnya.


Penemuan Termoskop


Sebelum termometer ditemukan, ahli astronomi dan ahli ilmu alam melakukan berbagai usaha untuk dapat menciptakan alat yang dapat mengukur suhu. Mereka mengetahui bahwa temperatur dapat membuat zat memuai. Untuk itu, mereka menggunakan ukuran muai zat sebagai patokan dalam mengukur temperatur. Namun penemuan alat pengukur temperatur tidak dapat dengan mudah diciptakan. Para ahli perlu menemukan zat yang tepat, teknik yang tepat dan skala yang tepat pula untuk dapat mengukur secara cermat.

Termometer Galileo Galilei
Termoskop Galileo 
Pada tahun 1593, Galileo Galilei berusaha membuat pengukuran termometer dengan menggunakan pemuaian udara. Alat yang diciptakan oleh Galileo ini kemudian disebut termoskop. Walaupun masih tergolong sangat sederhana, namun secara kasar alat ini sudah dapat mengukur temperatur.

Termoskop Galileo
Termoskop galileo terdiri atas bola gelas sebesar telur ayam yang dihubungkan dengan pipa panjang tertutup berisi air. Di dalam cairan digantungkan sejumlah beban. Umumnya beban tersebut dilekatkan pada bola kaca tersegel yang berisi cairan berwarna untuk efek estetika. Saat suhu berubah, kerapatan cairan di dalam silinder turut berubah yang menyebabkan bola kaca bergerak timbul atau tenggelam untuk mencapai posisi di mana kerapatannya sama dengan cairan sekelilingnya atau terhenti oleh bola kaca lainnya. Bila perbedaan kerapatan bola kaca sangat kecil dan terurutkan sedemikian rupa sehingga yang kurang rapat berada di atas dan yang terapat berada di bawah, hal tersebut dapat membentuk suatu skala suhu.
Kalian tentunya pernah mengikuti kegiatan pramuka, bukan? Dalam kegiatan pramuka terutama pada saat kemah, lazim diadakan api unggun pada malam hari dan para anggota pramuka duduk mengitari api unggun tersebut. Pada saat itu, setiap anggota pramuka merasakan hangatnya api unggun karena badan mereka menerima panas. Contoh radiasi kalor dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. pancaran kalor dari api unggun, b. pancaran kalor dari lampu, dan c. cahaya dari matahari. Pembahasan radiasi kalor, akan menghantarkan kita pada bahasan tentang kemampuan suatu benda dalam memancarkan dan menyerap kalor. Benda yang permukaanya putih mengkilap adalah pemancar dan penyerap kalor yang jelek Sementara benda yang permukaannya hitam atau gelap adalah pemancar dan penyerap kalor yang baik. Itulah sebabnya, mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih nyaman memakai baju putih daripada baju hitam. Baju putih akan menyerap kalor jauh lebih sedikit daripada baju hitam. Sebaliknya, ketika kita ingin mempertahankan kalor yang dimiliki tubuh agar tetap hangat, kita akan memilih baju hitam. Analisislah mengapa demikian. Laju pancaran kalor suatu benda diselidiki oleh Stefan dengan menggunakan pendekatan terhadap benda hitan sempurna. Menurut Stefan, laju pancaran kalor tiap satuan luas permukaan dari benda hitam sempurna berbanding lurus dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Secara matematis, laju pancaran kalor dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = e σAT4 Keterangan: e = emisivitas bahan(untuk benda hitam sempurna nilai e =1) σ = tetapan Stefan (5,67 x 10-8w/m2K) A=luas penampang (m2) T=suhu mutlak (K) Q/t =laju kalor (j/s atau watt) Besarnya harga e tergantung pada macam permukaan benda 0 £ e £ 1 e = 1 Ø Permukaan hitam sempurna (black body) Ø Sebagai pemancar panas ideal. Ø Sebagai penyerap panas yang baik. Ø Sebagai pemantul panas yang jelek. e = 0 Ø Terdapat pada permukaan yang lebih halus. Ø Sebagai pemancar panas yang jelek. Ø Sebagai penyerap panas yang jelek. Ø Sebagai pemantul yang baik. Botol thermos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak, maksudnya adalah : Ø Karena adanya ruang hampa tersebut, praktis pemindahan panas lewat konduksi dan konveksi tidak terjadi. Ø Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya pemindahan panas secara radiasi. (Permukaan mengkilap e = 0) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.49 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konveksi Perhatikan percobaan berikut. Lihatlah gambar di samping. Pada saat air dalam bejana dipanaskan, bagian air yang menerima panas mula-mula berada di bawah. Kemudian, partikel air yang panas tersebut bergerak ke atas sehingga meninggalkan ruang untuk ditempati oleh partikel Contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. perpindahan kalor pada air saat direbus, b. perpindahan kalor dari pengering rambut, c. aliran udara dari kipas angin., d. sistem pendingin ruangan, dan e. kulkas. Hubungan laju perpindahan kalor dan luas penampang (A) Luas penampang permukaan air pada gambar (a) lebih kecil daripada luas penampang air pada gambar (b). Dengan pemanasan api yang sama maka air pada bejana (b) lebih cepat panas. Jadi, laju kalor secara konveksi berbanding lurus dengan luas penampang (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikan suhu (∆T) Pada saat yang sama, kenaikan suhu pada bejana (b) lebih besar daripada bejana (a). Ternyata air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air pada bejana (a). Jadi, laju perpindahan kalor secara konveksi berbanding kenaikkan suhu(∆T) Hubungan laju perpindahan kalor dengan jenis bahan Kedua bejana diisi dengan air yang berbeda jenisnya. Air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air bejana (a). Jadi, laju kalor secara konveksi tergantung pada jenis bahan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laju kalor secara konveksi dipengaruhi oleh luas penampang (A), kenaikan suhu (∆T), dan jenis bahan. Secara matematis, persamaan laju kalor secara konveksi dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = hA∆T Keterangan: h = koefisien konveksi(W/m2K) A = luas penampang (m2) ∆T = kenaikan suhu (K) Q/t = laju perpindahan kalor (J/s atau W) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.45 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konduksi Perhatikan gambar (a) di samping, batang logam dengan ujung A dipanaskan dan ujung B diberi lilin. Ternyata lilin di ujung B meleleh. Sementara partikel-partikel pada ujung A tidak ikut berpindah ke ujung B. Perpindahan semacam ini disebut konduksi. Jadi, perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor yang melalui zat perantara tanpa diikuti perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Jumlah kalor yang berpindah melalui zat tiap sekon disebut laju perpindahan kalor (Q/t). Hubungan laju perpindahan kalor dengan panjang batang logam Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, panjang logam (a) lebih pendek daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding terbalik dengan panjang logam Hubungan laju perpindahan kalor dengan luas penampang Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, luas penampang (A) logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas penampang logam (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikkan suhu. Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, perbedaan suhu (∆T) pada logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas perbedaan suhu logam (∆T). Pengaruh jenis bahan terhadap laju perpindahan kalor Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, jenis logam (a) berbeda dengan logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh jenis logam. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa besar laju perpindahan kalor (Q/t), dipengaruhi oleh panjang, luas penampang, perbedaan suhu ujung-ujung batang logam, dan jenis bahan. Secara matematis, laju kalor dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut. Keterangan: Q/t = laju perpindahan kalor (J/s) k = konduktivitas termal bahan (W/mK) A = luas penampang bahan (m2) ∆T = perbedaan suhu ujung-ujung logam (K) l = panjang atau tebal bahan (m) \ Benda-benda yang mudah menghantarkan kalor disebut konduktor. Contoh konduktor adalah besi, aluminium, baja, dan tembaga. Sementara benda yang sukar menghantarkan kalor, disebut isolator. Contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dan kertas.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Kalian tentunya pernah mengikuti kegiatan pramuka, bukan? Dalam kegiatan pramuka terutama pada saat kemah, lazim diadakan api unggun pada malam hari dan para anggota pramuka duduk mengitari api unggun tersebut. Pada saat itu, setiap anggota pramuka merasakan hangatnya api unggun karena badan mereka menerima panas. Contoh radiasi kalor dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. pancaran kalor dari api unggun, b. pancaran kalor dari lampu, dan c. cahaya dari matahari. Pembahasan radiasi kalor, akan menghantarkan kita pada bahasan tentang kemampuan suatu benda dalam memancarkan dan menyerap kalor. Benda yang permukaanya putih mengkilap adalah pemancar dan penyerap kalor yang jelek Sementara benda yang permukaannya hitam atau gelap adalah pemancar dan penyerap kalor yang baik. Itulah sebabnya, mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih nyaman memakai baju putih daripada baju hitam. Baju putih akan menyerap kalor jauh lebih sedikit daripada baju hitam. Sebaliknya, ketika kita ingin mempertahankan kalor yang dimiliki tubuh agar tetap hangat, kita akan memilih baju hitam. Analisislah mengapa demikian. Laju pancaran kalor suatu benda diselidiki oleh Stefan dengan menggunakan pendekatan terhadap benda hitan sempurna. Menurut Stefan, laju pancaran kalor tiap satuan luas permukaan dari benda hitam sempurna berbanding lurus dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Secara matematis, laju pancaran kalor dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = e σAT4 Keterangan: e = emisivitas bahan(untuk benda hitam sempurna nilai e =1) σ = tetapan Stefan (5,67 x 10-8w/m2K) A=luas penampang (m2) T=suhu mutlak (K) Q/t =laju kalor (j/s atau watt) Besarnya harga e tergantung pada macam permukaan benda 0 £ e £ 1 e = 1 Ø Permukaan hitam sempurna (black body) Ø Sebagai pemancar panas ideal. Ø Sebagai penyerap panas yang baik. Ø Sebagai pemantul panas yang jelek. e = 0 Ø Terdapat pada permukaan yang lebih halus. Ø Sebagai pemancar panas yang jelek. Ø Sebagai penyerap panas yang jelek. Ø Sebagai pemantul yang baik. Botol thermos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak, maksudnya adalah : Ø Karena adanya ruang hampa tersebut, praktis pemindahan panas lewat konduksi dan konveksi tidak terjadi. Ø Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya pemindahan panas secara radiasi. (Permukaan mengkilap e = 0) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.49 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konveksi Perhatikan percobaan berikut. Lihatlah gambar di samping. Pada saat air dalam bejana dipanaskan, bagian air yang menerima panas mula-mula berada di bawah. Kemudian, partikel air yang panas tersebut bergerak ke atas sehingga meninggalkan ruang untuk ditempati oleh partikel Contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. perpindahan kalor pada air saat direbus, b. perpindahan kalor dari pengering rambut, c. aliran udara dari kipas angin., d. sistem pendingin ruangan, dan e. kulkas. Hubungan laju perpindahan kalor dan luas penampang (A) Luas penampang permukaan air pada gambar (a) lebih kecil daripada luas penampang air pada gambar (b). Dengan pemanasan api yang sama maka air pada bejana (b) lebih cepat panas. Jadi, laju kalor secara konveksi berbanding lurus dengan luas penampang (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikan suhu (∆T) Pada saat yang sama, kenaikan suhu pada bejana (b) lebih besar daripada bejana (a). Ternyata air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air pada bejana (a). Jadi, laju perpindahan kalor secara konveksi berbanding kenaikkan suhu(∆T) Hubungan laju perpindahan kalor dengan jenis bahan Kedua bejana diisi dengan air yang berbeda jenisnya. Air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air bejana (a). Jadi, laju kalor secara konveksi tergantung pada jenis bahan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laju kalor secara konveksi dipengaruhi oleh luas penampang (A), kenaikan suhu (∆T), dan jenis bahan. Secara matematis, persamaan laju kalor secara konveksi dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = hA∆T Keterangan: h = koefisien konveksi(W/m2K) A = luas penampang (m2) ∆T = kenaikan suhu (K) Q/t = laju perpindahan kalor (J/s atau W) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.45 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konduksi Perhatikan gambar (a) di samping, batang logam dengan ujung A dipanaskan dan ujung B diberi lilin. Ternyata lilin di ujung B meleleh. Sementara partikel-partikel pada ujung A tidak ikut berpindah ke ujung B. Perpindahan semacam ini disebut konduksi. Jadi, perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor yang melalui zat perantara tanpa diikuti perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Jumlah kalor yang berpindah melalui zat tiap sekon disebut laju perpindahan kalor (Q/t). Hubungan laju perpindahan kalor dengan panjang batang logam Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, panjang logam (a) lebih pendek daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding terbalik dengan panjang logam Hubungan laju perpindahan kalor dengan luas penampang Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, luas penampang (A) logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas penampang logam (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikkan suhu. Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, perbedaan suhu (∆T) pada logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas perbedaan suhu logam (∆T). Pengaruh jenis bahan terhadap laju perpindahan kalor Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, jenis logam (a) berbeda dengan logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh jenis logam. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa besar laju perpindahan kalor (Q/t), dipengaruhi oleh panjang, luas penampang, perbedaan suhu ujung-ujung batang logam, dan jenis bahan. Secara matematis, laju kalor dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut. Keterangan: Q/t = laju perpindahan kalor (J/s) k = konduktivitas termal bahan (W/mK) A = luas penampang bahan (m2) ∆T = perbedaan suhu ujung-ujung logam (K) l = panjang atau tebal bahan (m) \ Benda-benda yang mudah menghantarkan kalor disebut konduktor. Contoh konduktor adalah besi, aluminium, baja, dan tembaga. Sementara benda yang sukar menghantarkan kalor, disebut isolator. Contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dan kertas.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt
Kalian tentunya pernah mengikuti kegiatan pramuka, bukan? Dalam kegiatan pramuka terutama pada saat kemah, lazim diadakan api unggun pada malam hari dan para anggota pramuka duduk mengitari api unggun tersebut. Pada saat itu, setiap anggota pramuka merasakan hangatnya api unggun karena badan mereka menerima panas. Contoh radiasi kalor dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. pancaran kalor dari api unggun, b. pancaran kalor dari lampu, dan c. cahaya dari matahari. Pembahasan radiasi kalor, akan menghantarkan kita pada bahasan tentang kemampuan suatu benda dalam memancarkan dan menyerap kalor. Benda yang permukaanya putih mengkilap adalah pemancar dan penyerap kalor yang jelek Sementara benda yang permukaannya hitam atau gelap adalah pemancar dan penyerap kalor yang baik. Itulah sebabnya, mengapa pada siang hari yang panas, kita lebih nyaman memakai baju putih daripada baju hitam. Baju putih akan menyerap kalor jauh lebih sedikit daripada baju hitam. Sebaliknya, ketika kita ingin mempertahankan kalor yang dimiliki tubuh agar tetap hangat, kita akan memilih baju hitam. Analisislah mengapa demikian. Laju pancaran kalor suatu benda diselidiki oleh Stefan dengan menggunakan pendekatan terhadap benda hitan sempurna. Menurut Stefan, laju pancaran kalor tiap satuan luas permukaan dari benda hitam sempurna berbanding lurus dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Secara matematis, laju pancaran kalor dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = e σAT4 Keterangan: e = emisivitas bahan(untuk benda hitam sempurna nilai e =1) σ = tetapan Stefan (5,67 x 10-8w/m2K) A=luas penampang (m2) T=suhu mutlak (K) Q/t =laju kalor (j/s atau watt) Besarnya harga e tergantung pada macam permukaan benda 0 £ e £ 1 e = 1 Ø Permukaan hitam sempurna (black body) Ø Sebagai pemancar panas ideal. Ø Sebagai penyerap panas yang baik. Ø Sebagai pemantul panas yang jelek. e = 0 Ø Terdapat pada permukaan yang lebih halus. Ø Sebagai pemancar panas yang jelek. Ø Sebagai penyerap panas yang jelek. Ø Sebagai pemantul yang baik. Botol thermos dibuat dengan dinding rangkap dua dan diantaranya terdapat ruang hampa serta dinding-dindingnya dilapisi dengan perak, maksudnya adalah : Ø Karena adanya ruang hampa tersebut, praktis pemindahan panas lewat konduksi dan konveksi tidak terjadi. Ø Lapisan mengkilap dari perak dimaksudkan untuk memperkecil terjadinya pemindahan panas secara radiasi. (Permukaan mengkilap e = 0) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.49 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konveksi Perhatikan percobaan berikut. Lihatlah gambar di samping. Pada saat air dalam bejana dipanaskan, bagian air yang menerima panas mula-mula berada di bawah. Kemudian, partikel air yang panas tersebut bergerak ke atas sehingga meninggalkan ruang untuk ditempati oleh partikel Contoh perpindahan kalor secara konveksi dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: a. perpindahan kalor pada air saat direbus, b. perpindahan kalor dari pengering rambut, c. aliran udara dari kipas angin., d. sistem pendingin ruangan, dan e. kulkas. Hubungan laju perpindahan kalor dan luas penampang (A) Luas penampang permukaan air pada gambar (a) lebih kecil daripada luas penampang air pada gambar (b). Dengan pemanasan api yang sama maka air pada bejana (b) lebih cepat panas. Jadi, laju kalor secara konveksi berbanding lurus dengan luas penampang (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikan suhu (∆T) Pada saat yang sama, kenaikan suhu pada bejana (b) lebih besar daripada bejana (a). Ternyata air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air pada bejana (a). Jadi, laju perpindahan kalor secara konveksi berbanding kenaikkan suhu(∆T) Hubungan laju perpindahan kalor dengan jenis bahan Kedua bejana diisi dengan air yang berbeda jenisnya. Air pada bejana (b) lebih cepat panas daripada air bejana (a). Jadi, laju kalor secara konveksi tergantung pada jenis bahan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa laju kalor secara konveksi dipengaruhi oleh luas penampang (A), kenaikan suhu (∆T), dan jenis bahan. Secara matematis, persamaan laju kalor secara konveksi dapat dituliskan sebagai berikut. Q/t = hA∆T Keterangan: h = koefisien konveksi(W/m2K) A = luas penampang (m2) ∆T = kenaikan suhu (K) Q/t = laju perpindahan kalor (J/s atau W) Diposkan oleh CINTA FISIKA di 06.45 Comments (0) Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: SIKLUS 2 Konduksi Perhatikan gambar (a) di samping, batang logam dengan ujung A dipanaskan dan ujung B diberi lilin. Ternyata lilin di ujung B meleleh. Sementara partikel-partikel pada ujung A tidak ikut berpindah ke ujung B. Perpindahan semacam ini disebut konduksi. Jadi, perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor yang melalui zat perantara tanpa diikuti perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Jumlah kalor yang berpindah melalui zat tiap sekon disebut laju perpindahan kalor (Q/t). Hubungan laju perpindahan kalor dengan panjang batang logam Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, panjang logam (a) lebih pendek daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding terbalik dengan panjang logam Hubungan laju perpindahan kalor dengan luas penampang Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, luas penampang (A) logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas penampang logam (A) Hubungan laju perpindahan kalor dengan kenaikkan suhu. Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, perbedaan suhu (∆T) pada logam (a) lebih besar daripada logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor berbanding lurus dengan luas perbedaan suhu logam (∆T). Pengaruh jenis bahan terhadap laju perpindahan kalor Lilin pada gambar (a) lebih cepat meleleh daripada lilin pada gambar (b). Sementara itu, jenis logam (a) berbeda dengan logam (b). Jadi, laju perpindahan kalor dipengaruhi oleh jenis logam. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa besar laju perpindahan kalor (Q/t), dipengaruhi oleh panjang, luas penampang, perbedaan suhu ujung-ujung batang logam, dan jenis bahan. Secara matematis, laju kalor dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut. Keterangan: Q/t = laju perpindahan kalor (J/s) k = konduktivitas termal bahan (W/mK) A = luas penampang bahan (m2) ∆T = perbedaan suhu ujung-ujung logam (K) l = panjang atau tebal bahan (m) \ Benda-benda yang mudah menghantarkan kalor disebut konduktor. Contoh konduktor adalah besi, aluminium, baja, dan tembaga. Sementara benda yang sukar menghantarkan kalor, disebut isolator. Contoh isolator adalah plastik, kayu, kain, dan kertas.

Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt

Suhu

Diposkan oleh Lara Sania di 20.47 0 komentar
Secara umum, kecepatan reaksi bertambah besar jika suhu reaksi kita naikan, lebih mudah melarutkan satu sendok gula ke dalam satu gelas air panas, dibandingkan dengan melarutkan satu sendok gula ke dalam satu gelas air es. Hal ini disebabkan karena meningkatnya suhu akan meningkatkan energi kinetik molekul-molekul yang bereaksi. Molekul-molekul dengan energi kinetik yang bertambah ini bila saling bertumbukan akan menghasilkan energi tumbukan yang cukup besar untuk memutuskan ikatan-ikatan antara atom-atom dalam molekul tersebut, sehingga terjadi reaksi. Berdasarkan persamaan reaksi, kecepatan reaksi ditentukan oleh harga k yaitu tetapan kecepatan reaksi. Harga k sangat tergantung oleh besarnya energi aktifasi dan suhu. Energi aktifasi didefinisikan sebagai energi terendah yang diperlukan untuk mencari keadaan dimana reaksi dapat berlangsung, lihat Gambar 10.12. gambar 10.12 Gambar 10.12. Pelarutan kristal gula dalam air yang suhu T1>T2. Hubungan antara tetapan kecepatan reaksi ini dengan kenaikan suhu dirumuskan oleh Archenius sebagai berikut: artikel 38 k = konstanta kecepatan reaksi
A = tetapan Archenius
Ea = energi pengaktifan
R = tetapan gas umum
T = suhu mutlak
Arhenius juga mengamati didalam eksperimennya khusus reaksi-reaksi yang berlangsung pada temperatur dibawah 300°C, kenaikan suhu sebesar 10°C akan menaikkan tetapan kecepatan reaksi menjadi dua kali, sehingga kecepatan reaksinyapun meningkat dua kali.
sumber: http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/kecepatan-reaksi-dan-energi/suhu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar